Laman

Sabtu, 16 Maret 2013

Pendapat Para Ahli Tentang Fungsi Pendidikan Seni di Sekolah



Pandangan ahli tentang pendidikan seni diberikan di sekolah umum tersebut memiliki fungsi yang beragam sesuai dengan perkembangan dinamika dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Namun beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan keberagaman fungsi pendidikan seni tersebut menjadi beberapa fungsi. Bagi Eisner (1972: 58) keunikan fungsi pendidikan seni dalam orientasi pengajaran seni dapat dipetakan dalam sebuah hubungan triadik, yaitu: (1) pandangan pendidikan seni berbasis anak, (2) pandangan pendidikan seni berbasis subjek (disiplin ilmu), dan (3) pandangan pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat. Dalam sudut pandang kebutuhan anak, secara psikologis keunikan mata pelajaran pendidikan seni utamanya berkaitan dengan kontribusi seni terhadap kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi kebutuhan perkembangan pebelajar, yakni terletak pada pemberian pengalaman estetik secara alamiah dalam bentuk kegiatan berekspresi diri secara kreatif dan berapresiasi (respon kreatif) sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan keseluruhan potensi kepribadian utuh (holistik) pebelajar baik aspek pribadi, sosial, intelek, emosi, dan fisik. 

Berdasarkan sudut pandang berbasis disiplin ilmu, fungsi pendidikan seni di sekolah dipandang sebagai subjek metter/ilmu seni yang harus dipelajari pebelajar, sehingga diharapkan pebelajar memiliki ranah kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bidang seni esensial meliputi: estetika, sejarah, apresiasi, kritik dan kreasi seni. Sedangkan sudut pandang pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat dimaksudkan dapat membantu bagi berbagai kepentingan kebutuhan masyarakat, seperti untuk mengembangkan ekonomi, kepentingan politik dalam menumbuhkan jati diri bangsa, dan/atau untuk penciptaan suasana kondusif bagi kehidupan masyarakat yang multietnik. Dalam hal ini fungsi pendidikan seni di sekolah dapat dipandang sebagai subjek keterampilan seni ketika masyarakat membutuhkan banyak teknisi/tukang yaitu untuk menyiapkan tenaga terampil di bidang seni yang siap pakai dalam dunia kerja, atau jika di masyarakat sedang terjadi konflik politik maka seni dapat difungsikan untuk menanamkan kesadaran budaya atau mempromosikan gagasan multikultural dan sebagainya. Hal ini senada dengan pandangan Salam (2004a: 14-15) bahwa pendidikan seni dapat memenuhi kebutuhan individual, sosial dan kultural anak.
Dalam sudut pandang lain Wickizer (1974) mengklasifikasikan fungsi pendidikan seni bagi perkembangan potensi kejiwaan anak menjadi tiga fungsi, yaitu: (1) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu anak didik, (2) bantuan seni bagi pembinaan estetik dan (3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan.
Jika dicermati berbagai fungsi pendidikan seni tersebut pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua. Eisner (1972) mengatakan bahwa kecenderungan justifikasi fungsi pendidikan seni pada dasarnya dibedakan menjadi dua kategori pembenaran, yakni kecenderungan pembenaran esensial dan kecenderungan pembenaran kontekstual. Kecenderungan pembenaran esensial mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah seni itu sendiri, sedangkan kecenderungan pembenaran kontekstual mengandung makna pembelajaran seni untuk meningkatkan kemampuan pebelajar berkaitan dengan masalah di luar seni (non-seni), yaitu bisa membantu pencapaian pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak, atau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti menanamkan kesadaran budaya. Jika dikaitkan kedua pandangan Eisner tersebut menggambarkan bahwa penekanan keunikan fungsi seni berbasis disiplin ilmu berkecenderungan pembenaran esensial, sedangkan penekanan berbasis kebutuhan anak dan kebutuhan masyarakat dapat dikategorikan berkencenderungan pembenaran kontekstual.
Demikan juga jika pandangan Wickizer dikaitkan dengan pandangan Eisner dapat digambarkan sebagai berikut. Klasifikasi butir (1) ) bantuan seni bagi pertumbuhan dan perkembangan individu anak didik dan butir (3) bantuan seni bagi kesempurnaan kehidupan milik Wickizer merupakan bantuan terhadap perkembangan anak didik mengenai hal-hal non artistik/estetik, maka termasuk fungsi kontekstual. Sedang butir (2) bantuan seni bagi pembinaan estetik termasuk fungsi esensial.
Uraian di muka menggambarkan bahwa hakekat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara filosofi, psikologis, maupun sosiologis memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun seni untuk non-seni (seni sebagai alat pendidikan). Hakekat fungsi seni pertama merupakan hal pembeda fungsi mata pelajaran pendidikan seni dengan mata pelajaran lain, yakni untuk membina dan menumbuhkembangkan kemampuan dasar potensi estetik pebelajar. Kemampuan dasar potensi estetik ini diperoleh pebelajar melalui kegiatan pengakraban, pencerapan dan penanggapan terhadap benda-benda alam yang bermuatan estetik dan/atau benda seni serta pengalaman dasar pebelajar menggeluti atau berolah seni dan pengalaman menyajikan seni. Perolehan hasil kegiatan tersebut berupa kemampuan dasar keterampilan seni, ekspresi seni, kreativitas seni, penyajian seni, pemahaman seni, dan kemampuan dasar apresiasi dan/atau kritik seni berupa kepekaan estestik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar